SLEMAN: Dinas Pekerjaan Umum dan Pemukiman Sleman menargetkan pengerjaan jalan kabupaten jalur evakuasi Merapi yang rusak, bakal kelar Oktober ini. DPUP Sleman sudah meminta pihak ketiga (kontraktor) mempercepat waktu pengerjaan akibat peningkatan status Merapi menjadi waspada. Pengaspalan rencananya sudah dimulai pekan depan.
Menurut Kasi Pemeliharaan Jalan DPUP Sleman, Fauzan Ma'ruf, tender pengerjaan sudah dilakukan sejak lama dan mulai masuk kontrak bulan lalu dengan masa pengerjaan 75 hari. Lokasi perbaikan adalah ruas jalan Geblog, Kaliadem, sepanjang 500 meter dan ruas jalan Sidorejo, Glagaharjo, sepanjang 1,5 kilometer. Kondisi jalan di kedua lokasi tersebut mengalami rusak parah akibat menjadi jalur truk penambangan.
“Ada juga jalur lain yang rusak tapi kecil dan bisa ditangani dengan anggaran pemeliharaan rutin, kalau untuk dua lokasi itu menggunakan APBD 2010,” ujarnya saat ditemui di kantornya, kemarin, (30/9).
Dia mengatakan, proyek perbaikan di dua lokasi sebenarnya sudah dianggarkan sejak2009, dan bukan karena adanya status waspada Merapi.
Hal senada isampaikan kabid Binamarga, Djoko Sarjono. Menurut dia beberapa lokasi jalan rusak kecil sudah diperbaiki berkala. Jalan jalur evakuasi lain yang mengalami kerusakan kecil berada di Turi dan Cangkringan.
Kepala Seksi Penanggulangan Bencana Kesbanglinmas Sleman, Makhwan sebelumnya mengatakan, total jalan jalur evakuasi Merapi mencapai 117,3 kilometer. Beberapa ruas yang rusak berada di Kali Gendol, Kopeng dan Kali Boyong.
Sabtu, 27 November 2010
Jumat, 19 November 2010
PVMBG Turunkan Radius Aman Merapi di Sleman Jadi 10 KM
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Jumat (19/11) menurunkan radius rawan bahaya letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman-Daerah Istimewa Yogyakarta dari 20 kilometer menjadi 10 kilometer.
Ini menyusul erupsi Merapi yang terus menurun. SURONO Kepala PVMBG seperti dikutip Antara mengatakan meski zona bahaya diturunkan, status Merapi masih tetap berada pada level 4 atau Awas.
Selain itu, PVMBG juga membagi penetapan radius aman menjadi dua wilayah, yakni 15 kilometer di sisi timur Kali Boyong dan 10 kilometer di sisi barat Kali Boyong. “Bukaan kawah yang berada di puncak Gunung Merapi mengarah ke Selatan sehingga untuk sisi Timur Kali Boyong radius rawan bahayanya lebih panjang dibanding di sisi barat,” kata SURONO.
Sementara dalam beberapa hari terakhir ini, ketinggian asap yang dipantau dari pos pengamatan Merapi semakin berkurang. Ini menunjukkan ada penurunan intensitas letusan. SURONO minta supaya masyarakat terutama yang berada di tempat pengungsian tetap bersabar Meski intensitas Gunung Merapi terus menurun.
(sumber : suarasurabaya.net)
Ini menyusul erupsi Merapi yang terus menurun. SURONO Kepala PVMBG seperti dikutip Antara mengatakan meski zona bahaya diturunkan, status Merapi masih tetap berada pada level 4 atau Awas.
Selain itu, PVMBG juga membagi penetapan radius aman menjadi dua wilayah, yakni 15 kilometer di sisi timur Kali Boyong dan 10 kilometer di sisi barat Kali Boyong. “Bukaan kawah yang berada di puncak Gunung Merapi mengarah ke Selatan sehingga untuk sisi Timur Kali Boyong radius rawan bahayanya lebih panjang dibanding di sisi barat,” kata SURONO.
Sementara dalam beberapa hari terakhir ini, ketinggian asap yang dipantau dari pos pengamatan Merapi semakin berkurang. Ini menunjukkan ada penurunan intensitas letusan. SURONO minta supaya masyarakat terutama yang berada di tempat pengungsian tetap bersabar Meski intensitas Gunung Merapi terus menurun.
(sumber : suarasurabaya.net)
Material bawaannya lebih besar dari gajah bengkak!
Sebelumnya kita tahu seberapa panas awanpanas ini ketika melanda desa-desa di Cangkringan. Terus seberapa besar tenaganya ?
Batu berukuran diameter pendek 4 meter dengan diameter sumbu panjang 7 meterini dipotret oleh seorang kawan Mas Bambang Mertani, seorang geolog yang sangat mencintai Merapi pada tanggal 16 November 2010.
Lingkungan sekitar batu ini berupa pasir serta kerikil yang masih panas. Bahkan bila dikucuri air akan mengeluarkan uap seperti berasap.
Batu ini berada dilokasi Pagejurang, Kepuhsari, Cangkringan, Sleman yang jaraknya sekitar 9 Km dari Puncak Merapi. Dapat dibayangkan seberapa besar tenaga dari awanpanas ini ketika meluncur kebawah.
Menurut Pak Bambang Mertani pasir serta dasar batuan dibawah yang diinjaknya masih terasa panas, sehingga belum memungkinkan untuk didiskripsi jenis batuan, tekstur serta struktur batuan ini.
Bagaimana bisa terbawa ?
Dibawah ini teori bagaimana transportasi batuan-batuan ini dikelompokkan. Mulai dari Debris flow (aliran runtuhan) termasuk didalamnya piroklastik, grain flow (aliran butira) serta slide dan bagaimana bentuk struktur dan tekstur sedimentnya. Untuk batuan piroklastik sebenernya akan mirip juga dengan sistem dibawah ini,
Pengangkutan batu sebesar itu terjadi pada aliran avalance atau runtuhan yang sangat besar terdiri atas batuan berukuran lebih keci berupa boulder, hingga kerikil, pasir, debu dan bercampur gas. Batu ini berbentuk membundar diperkirakan tergerus selama menggelinding sejauh 9 Km dari Puncak Merapi.
(Sumber : Dongeng Geologi.com)
Rekapitulasi Korban dan Pengungsi Letusan Gunungapi Merapi
No. | Provinsi | Kabupaten / Kota | Jumlah Jiwa | ||
Meninggal | Rawat Inap | Pengungsi | |||
1 | 3 | 2 | 4 | 5 | 6 |
1 | D.I. Yogyakarta | Kab. Bantul | 0 | 0 | 20.472 |
2 | D.I. Yogyakarta | Kab. Gunungkidul | 0 | 0 | 12.162 |
3 | D.I. Yogyakarta | Kab. Kulon Progo | 0 | 0 | 9.631 |
4 | D.I. Yogyakarta | Kab. Sleman | 199 | 273 | 109.581 |
5 | D.I. Yogyakarta | Kota Yogyakarta | 0 | 0 | 5.118 |
6 | Jawa Tengah | Kab. Boyolali | 9 | 37 | 9.936 |
7 | Jawa Tengah | Kab. Klaten | 28 | 79 | 53.113 |
8 | Jawa Tengah | Kab. Magelang | 39 | 133 | 61.752 |
9 | Jawa Tengah | Kab. Semarang | 0 | 0 | 238 |
10 | Jawa Tengah | Kab. Temanggung | 0 | 0 | 2.428 |
11 | Jawa Tengah | Kota Magelang | 0 | 54 | 3.268 |
Jumlah Total | 275 | 576 | 287.699 |
(sumber Data : Jalin Merapi 19 November 2010)
Kamis, 11 November 2010
RS Panti Nugroho Kembali Aktif
Walaupun aktifitas gunung merapi masih cukup tinggi, namun demikian hal itu tidak menyurutkan para karyawan rumah sakit panti nugroho untuk kembali beraktifitas. Hari ini tampak beberapa karyawan mulai berbenah dan bersiap diri untuk beraktifitas normal kembali besok pagi (jumat 12 November) dengan mengevakuasi peralatan yang dibutuhkan seperti komputer, peralatan dapur dan peralatan keperawatan untuk disiapkan di posko yang berada di Wisma Syantikara yang terletak di jl. Colombo 19 Yogyakarta.
Dalam gambar tampak pula kondisi rumah sakit panti nugroho yang kelihatan penuh debu vulkanik masih tebal karena memang dalam beberapa hari ini tidak ada aktifitas di rumah sakit ini.
Dalam gambar tampak pula kondisi rumah sakit panti nugroho yang kelihatan penuh debu vulkanik masih tebal karena memang dalam beberapa hari ini tidak ada aktifitas di rumah sakit ini.
Tips Menghilangkan Debu Merapi di Body Motor
Debu vulkanik dari Gunung Merapi yang menempel di bodi motor bisa merusak motor karena memiliki partikel yang tajam. Sebaiknya bagaimana membersihkannya?
Juragan bengkel modifikasi Tauco Custom, Topo Goedel Atmodjo memberikan tips bagaimana membersihkan sisa abu vulkanik yang menumpuk di bodi motor.
"Abu dari Gunung Merapi kan bukan tanah biasa, ada partikel atau material batu yang tajam ya, jadi untuk proses awal pembersihan bodi sebaiknya jangan memakai air dulu," ujarnya.
Pertama-tama, debu yang melekat di bodi motor dihilangkan dengan cara dilap atau dengan menggunakan angin dari kompresor.
"Karena kalau memakai air terlebih dulu, nanti sisa-sisa debu vulkanik yang tajam itu meresap ke celah-celah mesin dan akhirnya merusak motor," ujarnya
Berbeda dengan debu biasa atau tanah, partikel dari abu vulkanik jika masuk ke filter motor akan merusak mesin. "Tidak seperti debu biasa atau tanah, masuk ke filter pun tidak akan rusak," ujarnya.
Setelah debu dari bodi motor menghilang dengan pembersihan cara kering tadi, Anda bisa membilas motor Anda agar kembali kinclong.
(Sumber DetikOto.com)
Juragan bengkel modifikasi Tauco Custom, Topo Goedel Atmodjo memberikan tips bagaimana membersihkan sisa abu vulkanik yang menumpuk di bodi motor.
"Abu dari Gunung Merapi kan bukan tanah biasa, ada partikel atau material batu yang tajam ya, jadi untuk proses awal pembersihan bodi sebaiknya jangan memakai air dulu," ujarnya.
Pertama-tama, debu yang melekat di bodi motor dihilangkan dengan cara dilap atau dengan menggunakan angin dari kompresor.
"Karena kalau memakai air terlebih dulu, nanti sisa-sisa debu vulkanik yang tajam itu meresap ke celah-celah mesin dan akhirnya merusak motor," ujarnya
Berbeda dengan debu biasa atau tanah, partikel dari abu vulkanik jika masuk ke filter motor akan merusak mesin. "Tidak seperti debu biasa atau tanah, masuk ke filter pun tidak akan rusak," ujarnya.
Setelah debu dari bodi motor menghilang dengan pembersihan cara kering tadi, Anda bisa membilas motor Anda agar kembali kinclong.
(Sumber DetikOto.com)
Rabu, 10 November 2010
Hari Ini Ratusan Warga Korban Merapi Menengok Rumah dan Ternaknya
Ratusan warga korban Merapi ramai-ramai kembali menengok rumah dan ternaknya. Cuaca hari ini di sekitar Merapi memang terbilang cerah. Gemuruh dari kawah Merapi hari ini tidak terdengar.
Pantauan detikcom, Rabu (10/11/2010) warga mulai berbondong-bondong 'pulang' ke rumahnya sejak pukul 09.00 WIB. Mereka kebanyakan warga dari Desa Glagaharjo, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Juga dari Desa Kepurun, Kecamatan Manisrenggo, Klaten.
Selain menegok rumahnya yang masih tertutup abu vulkanik, warga juga menyempatkan mengambil barang yang tertinggal. Tak ketinggalan, mereka juga memberi makan ternak, dan ada pula yang mengevakuasi ternaknya.
Para warga ini diperbolehkan oleh petugas untuk menengok rumah dan ternaknya. Tapi petugas meminta agar warga senantiasa menengok ke arah gununug, agar mengetahui ada aktivitas Merapi atau tidak.
Cuaca di sekitar Merapi memang cerah. Sejak pukul 05.00 WIB pagi, Merapi memang keliatan utuh. Tidak ada suara gemuruh. Hanya sedikit mengeluarkan asap vulkanik, yang menjulang tinggi 3 Km berwarna putih keabu-abuan. Asap tampak mengarah barat dan barat daya.
Satu Korban Lagi Ditemukan
Sementara itu, tim SAR terus melakukan pencarian dan penyisiran di sekitar Dusun Ngancar dan Dusun Gelaga, Malang. Di dusun ini, tim SAR menemukan korban lagi bernama Ny Rubinah (45). Korban ditemukan tewas di dalam rumahnya. Jenazah saat dibawa ke RS DR Sardjito.
Penyisiran oleh tim SAR, masih difokuskan di rumah-rumah yang tertimbun. Saat ini timbunan material di Dusun Ngancar mencapai lebih dari 1,5 meter. Mesti sudah diguyur hhujan deras, material Merapi masih panas dan terkadang mengeluarkan asap.
Dari Dusun Ngancar menghadap ke arah utara, timbunan material Merapi sudah menyerupai jalan tol, dengan lebar lebih dari 200 meter. Jalan desa dan rumah warga masih tertimbun dan sudah tidak keliatan lagi. Penyisiran oleh tim SAR menggunakanan mobil hugglan, milik PMI dan Kopassus.
Sementara itu informasi tentang pengungsi, info Posko dan jarak aman dapat dilihat di Info Posko Merapi
(Sumber : detik.com dan Jaringan Informasi Lingkar Merapi)
Pantauan detikcom, Rabu (10/11/2010) warga mulai berbondong-bondong 'pulang' ke rumahnya sejak pukul 09.00 WIB. Mereka kebanyakan warga dari Desa Glagaharjo, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Juga dari Desa Kepurun, Kecamatan Manisrenggo, Klaten.
Selain menegok rumahnya yang masih tertutup abu vulkanik, warga juga menyempatkan mengambil barang yang tertinggal. Tak ketinggalan, mereka juga memberi makan ternak, dan ada pula yang mengevakuasi ternaknya.
Para warga ini diperbolehkan oleh petugas untuk menengok rumah dan ternaknya. Tapi petugas meminta agar warga senantiasa menengok ke arah gununug, agar mengetahui ada aktivitas Merapi atau tidak.
Cuaca di sekitar Merapi memang cerah. Sejak pukul 05.00 WIB pagi, Merapi memang keliatan utuh. Tidak ada suara gemuruh. Hanya sedikit mengeluarkan asap vulkanik, yang menjulang tinggi 3 Km berwarna putih keabu-abuan. Asap tampak mengarah barat dan barat daya.
Satu Korban Lagi Ditemukan
Sementara itu, tim SAR terus melakukan pencarian dan penyisiran di sekitar Dusun Ngancar dan Dusun Gelaga, Malang. Di dusun ini, tim SAR menemukan korban lagi bernama Ny Rubinah (45). Korban ditemukan tewas di dalam rumahnya. Jenazah saat dibawa ke RS DR Sardjito.
Penyisiran oleh tim SAR, masih difokuskan di rumah-rumah yang tertimbun. Saat ini timbunan material di Dusun Ngancar mencapai lebih dari 1,5 meter. Mesti sudah diguyur hhujan deras, material Merapi masih panas dan terkadang mengeluarkan asap.
Dari Dusun Ngancar menghadap ke arah utara, timbunan material Merapi sudah menyerupai jalan tol, dengan lebar lebih dari 200 meter. Jalan desa dan rumah warga masih tertimbun dan sudah tidak keliatan lagi. Penyisiran oleh tim SAR menggunakanan mobil hugglan, milik PMI dan Kopassus.
Sementara itu informasi tentang pengungsi, info Posko dan jarak aman dapat dilihat di Info Posko Merapi
(Sumber : detik.com dan Jaringan Informasi Lingkar Merapi)
Senin, 08 November 2010
Kisah Nasi Bungkus Lambang Solidaritas Warga
Nasi bungkus, makanan rakyat jelata itu, hadir di tengah bencana letusan Gunung Merapi. Ketika pengungsi membeludak dan berhamburan tak tentu arah, nasi bungkus menjadi sumber kekuatan.
Warga pelosok pedesaan hingga GKR Hemas Permaisuri Keraton Yogyakarta menyatakan solidaritas mereka bagi pengungsi Merapi melalui nasi bungkus.
Kelihatannya hanya nasi bungkus, tetapi dalam bencana letusan Merapi yang bertubi-tubi saat ini, ia jadi simbol betapa solidaritas warga Yogyakarta begitu kuatnya. Entah apa yang menggerakkan spirit mereka. Tanpa perintah, setiap warga di segala penjuru Provinsi DI Yogyakarta serentak memberikan pertolongan apa saja.
Seperti pada peristiwa letusan Merapi, Kamis (4/11/2010), banyak pemilik kendaraan truk spontan mengevakuasi penduduk pedesaan yang berniat mengungsi. Selain sukarelawan, masyarakat juga berbondong-bondong menolong pengungsi dan banyak yang menyediakan rumahnya sebagai tempat penampungan pengungsi, tanpa digerakkan. Yang dilakukan warga itu karena faktor kebetulan saja. Ya kebetulan sama-sama punya niat untuk menolong.
Inilah tampaknya faktor kebetulan yang dikisahkan dalam novel Celestine Prophecy karya James Redfield. Bahwa faktor kebetulan itu merupakan energi yang memiliki kekuatan dahsyat untuk membangun kemanusiaan. Oleh karena itu, manusia perlu banyak menemukan faktor kebetulan ini.
Nasi bungkus
Yang paling banyak dalam aksi solidaritas itu adalah gerakan pemberian nasi bungkus. Bisa disebut gerakan karena hampir seluruh lapisan masyarakat di tingkat rumah tangga (RT), dusun, atau desa yang tidak terkena bencana serentak membuat masakan nasi bungkus dan dikirim kepada pengungsi.
"Letusan Merapi sejak Kamis malam membuat pengungsi kocar-kacir. Eksodus warga tidak diikuti kesiapan dapur umum. Itulah kenapa perlu ada bantuan nasi bungkus," ujar Ratu Yogyakarta GKR Hemas, Jumat.
GKR Hemas segera memelopori penyediaan nasi bungkus dalam jumlah besar dari setiap kabupaten/kota di DI Yogyakarta yang tidak mengalami bencana Merapi. Setiap kabupaten dijatah menyediakan 2.000 nasi bungkus setiap harinya. Penyediaan nasi bungkus akan terus dilakukan sampai dapur umum kembali mampu memenuhi kebutuhan pengungsi.
Menurut GKR Hemas, gerakan nasi bungkus serupa pernah digalakkan ketika bencana gempa bumi melanda DIY pada 2006. Penyediaan nasi bungkus tersebut terbukti mampu mencukupi kebutuhan pangan korban bencana.
"Kebutuhan paling pokok pengungsi adalah ketersediaan makanan," tambah GKR Hemas yang masih mengunjungi lokasi pengungsian hingga petang hari.
Tebalnya rasa solidaritas nasi bungkus bisa terlihat dari kiriman yang tak putus hingga menjelang sore. Kiriman nasi bahkan melebihi jumlah pengungsi. Onggokan nasi bungkus yang tak dimakan pengungsi terlihat di sudut-sudut barak pengungsi.
Bahkan, solidaritas juga datang dari warga Tionghoa dari Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) dan Yayasan Persaudaraan Masyarakat Yogyakarta, yang terlibat mencari dan membagikan bantuan bagi pengungsi hingga larut malam. Koordinator JCACC Hari Setyo mengaku, sukarelawan sering kali berada di lokasi pengungsian hingga dini hari.
Ekspresi kultural
Budayawan Butet Kartaredjasa mengatakan, gerakan nasi bungkus tersebut menjadi bukti kuatnya akar kebudayaan masyarakat, yakni semangat gotong royong. "Gerakan itu menjadi ekspresi kultural masyarakat. Tanpa duit, masyarakat bergerak. Tanpa petunjuk pelaksanaan dan instruksi dari atasan, mereka rela menyumbangkan nasi," katanya.
Peristiwa saat ini, tuturnya, mengulang semangat solidaritas saat gempa bumi tahun 2006. Masyarakat berbondong-bondong memberikan bantuan dalam bentuk apa saja dan tanpa pamrih apa pun.
"Kekuatan budaya yang mereka miliki telah mengalahkan kekuatan politik. Dalam politik, semuanya harus dimaknai dengan uang," katanya.
Butet mengaku merinding saat menyaksikan puluhan warga di jalan-jalan menuju arah Yogya, Jumat dini hari, menyirami kaca mobil-mobil yang melintas. Kaca yang penuh debu disiram supaya si sopir bisa mengemudi dengan jelas. "Hal tersebut tidak mungkin terjadi di Jakarta. Kalau di sana pasti sudah jadi polisi cepek (upah)," tambahnya.
Bupati Bantul Sri Suryawidati mengatakan sudah menyalurkan 4.000 nasi bungkus, kemarin. Rencananya hari ini, Pemerintah Kabupaten Bantul akan membuka dapur umum di Jogja Expo Center. "Kami akan melibatkan ibu-ibu dari Bantul untuk terlibat dalam penyiapan nasi bungkus," ujarnya.
Gelombang kiriman nasi bungkus di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat siang benar- benar menyelamatkan sekitar 30.000 pengungsi dari kelaparan. Mereka merupakan pengungsi dari tiga kecamatan di Kabupaten Sleman yang menyelamatkan diri dengan tergesa dari letusan dahsyat Merapi, Kamis malam. Di lokasi baru itu dapur umum belum terbentuk. Stok makanan pun hampir tak ada.
Solidaritas ini tidak terbatas pada wilayah. Nasi bungkus dari Pakel Golo juga dikirim untuk para pengungsi Merapi di Desa Dukun, Muntilan, yang kurang tersentuh bantuan. Gerakan nasi bungkus RW 1 Pakel Golo direncanakan berlangsung lima hari. Gerakan ini telah menarik gerakan simpatik lainnya, seperti sukarelawan tenaga memasak dari SMK Negeri 6 Yogyakarta dan berbagai sumbangan bahan masakan mengalir ke RW itu.
Semangat Jawa holobis kontul baris (satu kekuatan bersama) tampaknya tak kan pernah mati. Ia selalu hadir nyata dalam nurani manusia.
(Sumber Kompas Sabtu, 6 November 2010)
Warga pelosok pedesaan hingga GKR Hemas Permaisuri Keraton Yogyakarta menyatakan solidaritas mereka bagi pengungsi Merapi melalui nasi bungkus.
Kelihatannya hanya nasi bungkus, tetapi dalam bencana letusan Merapi yang bertubi-tubi saat ini, ia jadi simbol betapa solidaritas warga Yogyakarta begitu kuatnya. Entah apa yang menggerakkan spirit mereka. Tanpa perintah, setiap warga di segala penjuru Provinsi DI Yogyakarta serentak memberikan pertolongan apa saja.
Seperti pada peristiwa letusan Merapi, Kamis (4/11/2010), banyak pemilik kendaraan truk spontan mengevakuasi penduduk pedesaan yang berniat mengungsi. Selain sukarelawan, masyarakat juga berbondong-bondong menolong pengungsi dan banyak yang menyediakan rumahnya sebagai tempat penampungan pengungsi, tanpa digerakkan. Yang dilakukan warga itu karena faktor kebetulan saja. Ya kebetulan sama-sama punya niat untuk menolong.
Inilah tampaknya faktor kebetulan yang dikisahkan dalam novel Celestine Prophecy karya James Redfield. Bahwa faktor kebetulan itu merupakan energi yang memiliki kekuatan dahsyat untuk membangun kemanusiaan. Oleh karena itu, manusia perlu banyak menemukan faktor kebetulan ini.
Nasi bungkus
Yang paling banyak dalam aksi solidaritas itu adalah gerakan pemberian nasi bungkus. Bisa disebut gerakan karena hampir seluruh lapisan masyarakat di tingkat rumah tangga (RT), dusun, atau desa yang tidak terkena bencana serentak membuat masakan nasi bungkus dan dikirim kepada pengungsi.
"Letusan Merapi sejak Kamis malam membuat pengungsi kocar-kacir. Eksodus warga tidak diikuti kesiapan dapur umum. Itulah kenapa perlu ada bantuan nasi bungkus," ujar Ratu Yogyakarta GKR Hemas, Jumat.
GKR Hemas segera memelopori penyediaan nasi bungkus dalam jumlah besar dari setiap kabupaten/kota di DI Yogyakarta yang tidak mengalami bencana Merapi. Setiap kabupaten dijatah menyediakan 2.000 nasi bungkus setiap harinya. Penyediaan nasi bungkus akan terus dilakukan sampai dapur umum kembali mampu memenuhi kebutuhan pengungsi.
Menurut GKR Hemas, gerakan nasi bungkus serupa pernah digalakkan ketika bencana gempa bumi melanda DIY pada 2006. Penyediaan nasi bungkus tersebut terbukti mampu mencukupi kebutuhan pangan korban bencana.
"Kebutuhan paling pokok pengungsi adalah ketersediaan makanan," tambah GKR Hemas yang masih mengunjungi lokasi pengungsian hingga petang hari.
Tebalnya rasa solidaritas nasi bungkus bisa terlihat dari kiriman yang tak putus hingga menjelang sore. Kiriman nasi bahkan melebihi jumlah pengungsi. Onggokan nasi bungkus yang tak dimakan pengungsi terlihat di sudut-sudut barak pengungsi.
Bahkan, solidaritas juga datang dari warga Tionghoa dari Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) dan Yayasan Persaudaraan Masyarakat Yogyakarta, yang terlibat mencari dan membagikan bantuan bagi pengungsi hingga larut malam. Koordinator JCACC Hari Setyo mengaku, sukarelawan sering kali berada di lokasi pengungsian hingga dini hari.
Ekspresi kultural
Budayawan Butet Kartaredjasa mengatakan, gerakan nasi bungkus tersebut menjadi bukti kuatnya akar kebudayaan masyarakat, yakni semangat gotong royong. "Gerakan itu menjadi ekspresi kultural masyarakat. Tanpa duit, masyarakat bergerak. Tanpa petunjuk pelaksanaan dan instruksi dari atasan, mereka rela menyumbangkan nasi," katanya.
Peristiwa saat ini, tuturnya, mengulang semangat solidaritas saat gempa bumi tahun 2006. Masyarakat berbondong-bondong memberikan bantuan dalam bentuk apa saja dan tanpa pamrih apa pun.
"Kekuatan budaya yang mereka miliki telah mengalahkan kekuatan politik. Dalam politik, semuanya harus dimaknai dengan uang," katanya.
Butet mengaku merinding saat menyaksikan puluhan warga di jalan-jalan menuju arah Yogya, Jumat dini hari, menyirami kaca mobil-mobil yang melintas. Kaca yang penuh debu disiram supaya si sopir bisa mengemudi dengan jelas. "Hal tersebut tidak mungkin terjadi di Jakarta. Kalau di sana pasti sudah jadi polisi cepek (upah)," tambahnya.
Bupati Bantul Sri Suryawidati mengatakan sudah menyalurkan 4.000 nasi bungkus, kemarin. Rencananya hari ini, Pemerintah Kabupaten Bantul akan membuka dapur umum di Jogja Expo Center. "Kami akan melibatkan ibu-ibu dari Bantul untuk terlibat dalam penyiapan nasi bungkus," ujarnya.
Gelombang kiriman nasi bungkus di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat siang benar- benar menyelamatkan sekitar 30.000 pengungsi dari kelaparan. Mereka merupakan pengungsi dari tiga kecamatan di Kabupaten Sleman yang menyelamatkan diri dengan tergesa dari letusan dahsyat Merapi, Kamis malam. Di lokasi baru itu dapur umum belum terbentuk. Stok makanan pun hampir tak ada.
Solidaritas ini tidak terbatas pada wilayah. Nasi bungkus dari Pakel Golo juga dikirim untuk para pengungsi Merapi di Desa Dukun, Muntilan, yang kurang tersentuh bantuan. Gerakan nasi bungkus RW 1 Pakel Golo direncanakan berlangsung lima hari. Gerakan ini telah menarik gerakan simpatik lainnya, seperti sukarelawan tenaga memasak dari SMK Negeri 6 Yogyakarta dan berbagai sumbangan bahan masakan mengalir ke RW itu.
Semangat Jawa holobis kontul baris (satu kekuatan bersama) tampaknya tak kan pernah mati. Ia selalu hadir nyata dalam nurani manusia.
(Sumber Kompas Sabtu, 6 November 2010)
Merapi Belum Aman RS Panti Nugroho bentuk Posko
Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta Brigjen Polisi Odang Sutarsa mengimbau masyarakat tidak memaksakan diri masuk ke zona berbahaya Merapi. Masyarakat harus lebih waspada karena Merapi belum stabil.
"Untuk antisipasi awan panas tiba-tiba, kini markas kami bertugas sudah dipindahkan di km 25," kata Odang kepada VIVAnews.com, 7 November 2010. Lokasi itu antara lain di Ngaglik, Turi dan Cangkringan, yang berada di Morolejar km 15. Kini semua sudah diturunkan.
Polri hingga kini terus berusaha memblokir area-area pintu masuk ke zone berbahaya. Upaya paksa dan penjemputan paksa bagi setiap warga diakukan untuk meminimalisir korban. Odang menyebut setidaknya 1.300 personel polisi diturunkan untuk mengamankan zona bahaya.
Menurut Plt Kepala Humas Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo, selain Polri ada personil TNI yang ikut membantu sebanyak 3.000 marinir, dan relawan dari berbagai institusi sebanyak 450 orang. "Diharapkan semua masyarakat di radius 20 kilometer memang bersih," kata Sutopo.
Tapi Odang membenarkan beberapa timnya pada Minggu 7 November ini masih menemukan ada beberapa warga yang belum terevakuasi pada zona bahaya. Zona yang seharusnya steril sampai titik 20 kilometer. Mereka itu antara lain tujuh orang di desa Boyong, Wukirsari, dan tiga orang di Pakem.
"Mereka ada yang bertahan karena belum terevakuasi. Ada yang karena menjaga barang miliknya dan yang di Pakem karena harus menjaga pegadaian," kata Odang.
Untuk itu, lanjut Odang, guna mengamankan agar masyarakat tidak khawatir dan tetap merasa aman pada rumah yang ditinggalkannya, maka di setiap titik jalan masuk digelar penyekatan agar tidak semua masuk. "Buat kami tidak ada alasan lagi menuju zona bahaya," katanya.
Polri sendiri dengan 1.300 personel ini bekerja bergantian sebanyak tiga shift, sehingga masing-masing hari ada sekitar 400 personel polisi.
Mereka bekerja untuk menjaga, juga patroli bersama tim SAR dan lainnya untuk menjaga pemukiman. Perlengkapan yang digunakan antara lain berupa ambulan, roda empat angkut, mobil patroli juga motor trail. "Kami ada 20 motor trail untuk mempercepat gerak jalan kami dilapangan," katanya
Sementara itu dengan belum dibukanya area bahaya 20 km, membuat Rumah Sakit Panti Nugroho belum dapat beroperasi secara normal. Pelayanan dan koordinasi dilakukan di Posko yang berada di Wisma Syantikara, jl. Colombo Yogyakarta
(Sumber : VivaNews.com)
"Untuk antisipasi awan panas tiba-tiba, kini markas kami bertugas sudah dipindahkan di km 25," kata Odang kepada VIVAnews.com, 7 November 2010. Lokasi itu antara lain di Ngaglik, Turi dan Cangkringan, yang berada di Morolejar km 15. Kini semua sudah diturunkan.
Polri hingga kini terus berusaha memblokir area-area pintu masuk ke zone berbahaya. Upaya paksa dan penjemputan paksa bagi setiap warga diakukan untuk meminimalisir korban. Odang menyebut setidaknya 1.300 personel polisi diturunkan untuk mengamankan zona bahaya.
Menurut Plt Kepala Humas Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo, selain Polri ada personil TNI yang ikut membantu sebanyak 3.000 marinir, dan relawan dari berbagai institusi sebanyak 450 orang. "Diharapkan semua masyarakat di radius 20 kilometer memang bersih," kata Sutopo.
Tapi Odang membenarkan beberapa timnya pada Minggu 7 November ini masih menemukan ada beberapa warga yang belum terevakuasi pada zona bahaya. Zona yang seharusnya steril sampai titik 20 kilometer. Mereka itu antara lain tujuh orang di desa Boyong, Wukirsari, dan tiga orang di Pakem.
"Mereka ada yang bertahan karena belum terevakuasi. Ada yang karena menjaga barang miliknya dan yang di Pakem karena harus menjaga pegadaian," kata Odang.
Untuk itu, lanjut Odang, guna mengamankan agar masyarakat tidak khawatir dan tetap merasa aman pada rumah yang ditinggalkannya, maka di setiap titik jalan masuk digelar penyekatan agar tidak semua masuk. "Buat kami tidak ada alasan lagi menuju zona bahaya," katanya.
Polri sendiri dengan 1.300 personel ini bekerja bergantian sebanyak tiga shift, sehingga masing-masing hari ada sekitar 400 personel polisi.
Mereka bekerja untuk menjaga, juga patroli bersama tim SAR dan lainnya untuk menjaga pemukiman. Perlengkapan yang digunakan antara lain berupa ambulan, roda empat angkut, mobil patroli juga motor trail. "Kami ada 20 motor trail untuk mempercepat gerak jalan kami dilapangan," katanya
Sementara itu dengan belum dibukanya area bahaya 20 km, membuat Rumah Sakit Panti Nugroho belum dapat beroperasi secara normal. Pelayanan dan koordinasi dilakukan di Posko yang berada di Wisma Syantikara, jl. Colombo Yogyakarta
(Sumber : VivaNews.com)
Jumat, 05 November 2010
Zona Bahaya Merapi 20 Km, Segera Hitung Jarak Lokasi Anda
Akibat erupsi semalam, zona bahaya lereng Gunung Merapi diperluas menjadi 20 Km. Ingin tahu jarak posisi anda dari pusat erupsi? Aplikasi buatan mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) berikut mungkin bisa membantu.
Saat disambangi detikINET, Jumat, (5/11/2010), aplikasi ini memanfaatkan Google Map dengan tampilan peta geografis Jogja, Magelang, Klaten dan kota-kota lain di sekitar pusat erupsi Merapi.
Pada dasarnya, aplikasi ini menghitung jarang erupsi dengan titik tertentu dalam satuan Km. Misalnya sebagai warga Jogja kita tinggal di daerah Baciro, Yogyakarta dan ingin mengetahui berapa jarak kita, cukup pindahkan pointer Google ke lokasi kita. Hasilnya aplikasi ini akan langsung mengkalkulasi jarak dan menunjukan angka 28 Km.
Aplikasi ini membantu warga untuk mengambil keputusan, sekiranya harus mengungsi atau tidak. Sebagai informasi, Staff Khusus Presiden Bidang Penanganan Bencana, Andi Arief, kepada detikcom, mengatakan bahwa dini hari tadi zona bahaya ditingkatkan sejauh 20 Km.
Andi menuturkan peningkatan status tersebut dikarenakan aktivitas Gunung Merapi menunjukkan peningkatan yang membahayakan. Oleh karena itu, pemerintah setempat diimbau untuk segera mengevakuasi warga.
Segera hitung jarak lokasi anda, pada link berikut. Aplikasi ini sangat membantu warga Jogja dan sekitarnya
(Sumber Detikcom)
Saat disambangi detikINET, Jumat, (5/11/2010), aplikasi ini memanfaatkan Google Map dengan tampilan peta geografis Jogja, Magelang, Klaten dan kota-kota lain di sekitar pusat erupsi Merapi.
Pada dasarnya, aplikasi ini menghitung jarang erupsi dengan titik tertentu dalam satuan Km. Misalnya sebagai warga Jogja kita tinggal di daerah Baciro, Yogyakarta dan ingin mengetahui berapa jarak kita, cukup pindahkan pointer Google ke lokasi kita. Hasilnya aplikasi ini akan langsung mengkalkulasi jarak dan menunjukan angka 28 Km.
Aplikasi ini membantu warga untuk mengambil keputusan, sekiranya harus mengungsi atau tidak. Sebagai informasi, Staff Khusus Presiden Bidang Penanganan Bencana, Andi Arief, kepada detikcom, mengatakan bahwa dini hari tadi zona bahaya ditingkatkan sejauh 20 Km.
Andi menuturkan peningkatan status tersebut dikarenakan aktivitas Gunung Merapi menunjukkan peningkatan yang membahayakan. Oleh karena itu, pemerintah setempat diimbau untuk segera mengevakuasi warga.
Segera hitung jarak lokasi anda, pada link berikut. Aplikasi ini sangat membantu warga Jogja dan sekitarnya
(Sumber Detikcom)
Merapi Erupsi lagi RS Panti Nugroho Evakuasi Pasien
Yogyakarta (ANTARA News) - Korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat dini hari yang hingga kini berada di instalasi Forensik Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta mencapai 49 orang, sedangkan luka bakar berat sebanyak 66 orang.
Menurut keterangan dari Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta, Jumat, korban meninggal dunia terdiri atas 23 pria dan 26 perempuan. korban meninggal dunia dan luka bakar berat merupakan penduduk Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kemungkinan jumlah korban akibat letusan Gunung Merapi tersebut masih bisa bertambah mengingat ada sebagian lokasi yang belum dapat dijangkau akibat lahar yang masih panas, kata anggota Kedokteran Kepolisian Polda DIY Syahrizal di RS Sardjito Yogyakarta.
"Tim evakuasi membutuhkan alat berat dan juga air dalam jumlah yang banyak untuk bisa masuk ke wilayah tersebut dan melakukan evakuasi korban," lanjutnya yang memperkirakan jumlah korban letusan Gunung Merapi tersebut lebih besar dibanding kan letusan pada 26 Oktober.
Sementara itu meletusnya kembali gunung merapi jumat dini hari tadi membuat aktivitas di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta lumpuh total. Lokasi Rumah Sakit Panti Nugroho yang berjarak sekitar 20 km dari puncak Merapi dan masuk area merah terpaksa harus ikut mengevakuasi pasien, pengungsi dan karyawan yang sedang bertugas saat itu. RS Panti Nugroho tidak beroperasi pada hari Jumat sampai Minggu (5-7 Nov 2010) dan akan beroperasi kembali pada hari Senin 8 November 2010 dengan membuka kembali Pelayanan IGD, Rawat Jalan dan Poliklinik, untuk sementara pasien rawat inap dikirim ke RS Panti Rapih Yogyakarta.
Menurut keterangan dari Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta, Jumat, korban meninggal dunia terdiri atas 23 pria dan 26 perempuan. korban meninggal dunia dan luka bakar berat merupakan penduduk Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kemungkinan jumlah korban akibat letusan Gunung Merapi tersebut masih bisa bertambah mengingat ada sebagian lokasi yang belum dapat dijangkau akibat lahar yang masih panas, kata anggota Kedokteran Kepolisian Polda DIY Syahrizal di RS Sardjito Yogyakarta.
"Tim evakuasi membutuhkan alat berat dan juga air dalam jumlah yang banyak untuk bisa masuk ke wilayah tersebut dan melakukan evakuasi korban," lanjutnya yang memperkirakan jumlah korban letusan Gunung Merapi tersebut lebih besar dibanding kan letusan pada 26 Oktober.
Sementara itu meletusnya kembali gunung merapi jumat dini hari tadi membuat aktivitas di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta lumpuh total. Lokasi Rumah Sakit Panti Nugroho yang berjarak sekitar 20 km dari puncak Merapi dan masuk area merah terpaksa harus ikut mengevakuasi pasien, pengungsi dan karyawan yang sedang bertugas saat itu. RS Panti Nugroho tidak beroperasi pada hari Jumat sampai Minggu (5-7 Nov 2010) dan akan beroperasi kembali pada hari Senin 8 November 2010 dengan membuka kembali Pelayanan IGD, Rawat Jalan dan Poliklinik, untuk sementara pasien rawat inap dikirim ke RS Panti Rapih Yogyakarta.
Kamis, 04 November 2010
Merapi Belum Berhenti Meletus
Gunung Merapi belum juga berhenti mengeluarkan letusan sejak Rabu (3/11) pukul 18.00 kemarin. Material yang dimuntahkan oleh Merapi sudah lebih dari 50 juta meter kubik per hari ini.
Hitungan ini berdasarkan hitungan muntahan dari 26 Oktober hingga 2 November. Hitungan bertambah empat kali lipatnya sejak letusan kemarin yang belum juga berhenti sejak hari ini.
“Ini berdasarkan pengamatan amplitude kualitatif energy dalam monitor kami, jumlahnya sudah lebih dari 50 juta meter kubik” kata Kepala Badan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi R Sukhyar kepada Tempo, di Gedung BPPTK, Kamis, (4/11).
Seperti diketahui, aktivitas Merapi masih sangat tinggi dan menggila. Sudah 24 jam tidak berhenti mengeluarkan awan panas dan material vulkanik lainnya. Namun pihak Badan Geologi tetap menyatakan kawasan rawan bencana pada 15 kilometer dari puncak. Semua maskapai penerbangan di manapun tetap harus waspada terhadap abu vulkanik karena ketinggiannya sudah melebihi batas minimal terbang pesawat.
Semua indikator tak berhentinya Merapi terekam dalam seismograph yang ada diruang monitoring Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Jarum pada seimograf selalu over scale. Bahkan tintanya pun sampai muncrat. Coretan panjang pada alat rekam aktivitas geologi itu sangat panjang bahkan melebihi kertas yang ukurannya 30,5 centimeter.
Ancaman potensial yang masih dihadapi adalah awan panas, hujan abu, lahar panas, lahar dingin dan material vulkanik yang masih terus muncul. Semua sungai yang berhulu di Merapi harus dikosongkan dari aktivitas.“Situasi saat ini sudah cukup buruk dan semoga tidak akan bertambah lagi," kata dia.
(sumber Tempointeraktif.com)
Pesta Peringatan St. Carolus Borromeus
Panti Nugroho sebagai Rumah Sakit yang bernaung dibawah kongregasi suster-suster CB dalam peringatan CB Day 4 November kali ini mengajak kita bersama untuk mengingat kembali pelayanan St. Carolus Borromeus yang dengan rendah hati mau melayani sesama dan orang-orang yang sakit dimana beliau sendiri yang melayani orang-orang yang terkena wabah penyakit pes. St. Carolus Borromeus sudah mengajarkan kepada kita tentang bahasa cinta kasih yang tulus.
Semangat CB dalam pelayanan sudah terbukti dalam karya-karya yang ditunjukkan dalam bidang kesehatan.
Demikian pula Rumah Sakit Panti Nugroho yang berusaha menjadi garda depan dalam pelayanan bencana Merapi. Kerelaan berkorban dan hati tulus ikhlas menolong sesama yang membutuhkan menjadi slogan RS Panti Nugroho. Berikut ini Karya CB yang ditunjukkan di RS Panti Nugoho
Rabu, 03 November 2010
RS Panti Nugroho - Care and do the Best ……. * RSPN – CB *
Saatnya bergerak bersama
Bencana di trimester akhir tahun 2010 datang berurutan, dari banjir badang di Wasior, Tsunami di Mentawai, dan letusan erupsi gunung Merapi di Yogyakarta serta aktifnya jalur-jalur gunung berapi di sepanjang selatan kepulauan Indonesia.
Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, akhir September diingatkan akan aktivitas gunung Merapi yang mulai bergerak dari aktif normal, waspada, siaga dan akhirnya awas. 26 Oktober 2010 gunung Merapi mengeluarkan semburan awan panas dan bencanapun dimulai. Timbul korban jiwa, kesakitan, penderitaan dan kehilangan serta kerugiaan harta benda, masyarakat sekitar daerah rawan bencana mengungsi ke barak- barak atau kelompok –kelompok rumah penampungan. Hari berganti hari, perjalanan panjang penantian akan ketidak pastian selesainya bencana akan dilalui.
RS Panti Nugroho, Pakem, Yogyakarta, 17 km sebelah Utara kota Yogyakarta sebagai salah satu rumah sakit type D, dengan 50 tempat tidur merupakan rumah sakit yang terdekat dengan gunung Merapi, mencoba ambil bagian dalam penanganan bencana gunung Merapi. Persiapan RS Panti Nugroho dalam penanganan bencana di mulai dengan pembuatan Hospital Disaster Plan, di mulai dengan pemetaan Hazard bencana, analisa, dan pengumpulan data-data pendukung, penentuan siaga I,II,III, pelatihan triage medis, paramedis dan awam penempatan zona-zona merah, kuning, hijau dan hitam, perencanaan logistic sarana dan prasarana pendukung medis dan non medis, terakhir pengelolaan sumber daya manusia.
RS Panti Nugroho menawarkan langkah-langkah konkret dalam upaya pencegahan dan pemberdayaan masyarakat di barak-barak dan tempat-tempat penampungan di samping siap bergerak dalam penanganan pertama korban jika gunung Merapi meletus lagi. Adapun kegiatan yang kami lakukan sampai saat ini adalah: Care and do the Best
1. Peduli penanganan pertama korban korban luka bakar yang masuk ke RS Panti Nugroho
Tranportasi Bencana |
Pelayanan Siaga 24 jam |
Palayanan Sukarelawan |
5. Posko peduli pelayanan kesehatan : peduli pelayanan kunjungan keluarga bencana
6. Peduli pelayanan dapur umum ‘siaga’
7. Peduli pelayanan pemberdayaan masyarakat bencana : penyuluhan kesehatan, pelayanan bermain anak, pelayanan pendidikan tambahan usia sekolah, pelayanan hiburan masyarakat.
Tiada gading yang tak retak, RS Panti Nugroho, Pakem, Yogyakarta berusaha memberikan kepedulian terhadap sesamanya tetapi keterbatasan tetap masih ada, tapi kami bersyukur bahwa kami punya teman, kami punya saudara dan kami punya Negeri tercinta ini bersama. Perhatian, sapaan, dukungan dan doa dari teman, saudara dan semuanya membuat kita lebih tegar dan bersemangat.
INI SAATNYA KITA BERGERAK BERSAMA !!!
Bersama, kita akan mampu memberikan kepastian akan kualitas hidup sesama kita ditempat pengungsian atau penampungan. Mari kita buktikan bahwa kita bisa mampu bersama-sama mengatasi permasalahan ini bersama , karena kita tahu bahwa kita adalah satu saudara, satu tanah air Indonesia yang kita cintai.
Peta Daerah Bahaya Merapi
PETA DAERAH BAHAYA MERAPI
Daerah Bahaya III dalam Lingkaran Merah (Radius 10 km)
Arah panah menunjukkan Arah Luncuran Material Vulkanik
Bagi warga sekitar bantaran sungai, waspadai aliran lahar dingin
Daerah Bahaya III dalam Lingkaran Merah (Radius 10 km)
Arah panah menunjukkan Arah Luncuran Material Vulkanik
Bagi warga sekitar bantaran sungai, waspadai aliran lahar dingin
Merapi bergolak kembali
Rabu, tanggal 3 November 2010 pagi ini sekitar pukul 08.10 Gunung merapi yang puncaknya tertutup awan kembali bergolak dengan mengeluarkan awan panas yang meluncur ke arah selatan dan tertiup angin ke arah barat. Warga disekitar daerah tersebut disarankan untuk tetap menggunakan masker untuk mengurangi bahaya terserang ISPA.
Selasa, 02 November 2010
WASPADAI DEBU VULKANIK MERAPI
Debu vulkanik Gunung Merapi yang terus menyebur dan menyebar, menyebabkan pengungsi mengalami iritasi mata. Debu vulkanik sangat berbahaya dan dampaknya bisa dirasakan langsung pada kulit, mata, hidung, dan bahkan organ dalam. “Efek paling nyata adalah pada saluran pernapasan. Selain itu, bila terkena abu vulkanik, mata bisa langsung perih dan sakit. Begitu juga kulit akan mengalami iritasi. Bila sebelumnya ada penyakit kronis, dengan abu ini bisa semakin parah.
Ukuran abu vulkanik yang saat ini terus terbawa arah angin itu sangat kecil. Bahkan begitu kecilnya, abu ini kadang sulit dideteksi mata. Dengan ukuran 10 mikron, debu vulkanik ini mudah menyelinap hingga menembus ke saluran napas dalam.
Yang penting diperhatikan saat ini, masyarakat hendaknya membekali diri dengan masker yang padat, sehingga bisa menghalangi debu vulkanik berukuran mikro. Masker yang selama ini diedarkan sudah cukup membantu, namun bila konsentrasi debunya lebih padat, penggunaan masker ini harus ditinjau lagi. Abu ini bisa mengandung kristal silikon atau gas berbahaya.
Waspadai bila berada di lokasi kemudian hidung meler, tenggorokan sakit, sampai batuk, segera ke puskesmas atau rumah sakit. Mata pedih, gatal, sampai beleken harus waspada.
Ancaman itu sangat nyata, setidaknya sudah puluhan pengungsi di sejumlah barak pengungsian di Sleman terserang penyakit mata, batuk, dan gangguan pernapasan.
Kasubag Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Agus Budianto, menjelaskan, debu vulkanik berbentuk runcing, sehingga berbahaya bila masuk ke mata.
“Bentuk debunya runcing karena terbentuk secara langsung. Bila masuk mata lalu digosok-gosok bisa iritasi,” kata Agus.
Ia menyarankan warga atau wisatawan menggunakan kacamata pelindung bila berada di luar ruang. Cara lain, kata Agus, adalah dengan membungkus kepala dengan plastik bening untuk memperkecil kemungkinan debu vulkanik itu masuk. “Kalau masuk juga, mata jangan digosok-gosok. Basuh saja pakai air, agar debunya luruh,” katanya.
Lebih jauh, ia menjelaskan unsur debu vulkanik itu bukan hanya silica, tetapi juga besi, aluminium, serta berbagai macam gas, yaitu uap air, karbon dioksida, karbon monoksida, belerang dioksida, hidrogen, dan lain-lain. “Kalau ada kaca mobil kena debu Merapi, begitu dilap kacanya pasti tergores. Ini juga membahayakan mesin pesawat,” terang Agus.
(disadur dari berbagai sumber)
Ukuran abu vulkanik yang saat ini terus terbawa arah angin itu sangat kecil. Bahkan begitu kecilnya, abu ini kadang sulit dideteksi mata. Dengan ukuran 10 mikron, debu vulkanik ini mudah menyelinap hingga menembus ke saluran napas dalam.
Yang penting diperhatikan saat ini, masyarakat hendaknya membekali diri dengan masker yang padat, sehingga bisa menghalangi debu vulkanik berukuran mikro. Masker yang selama ini diedarkan sudah cukup membantu, namun bila konsentrasi debunya lebih padat, penggunaan masker ini harus ditinjau lagi. Abu ini bisa mengandung kristal silikon atau gas berbahaya.
Waspadai bila berada di lokasi kemudian hidung meler, tenggorokan sakit, sampai batuk, segera ke puskesmas atau rumah sakit. Mata pedih, gatal, sampai beleken harus waspada.
Ancaman itu sangat nyata, setidaknya sudah puluhan pengungsi di sejumlah barak pengungsian di Sleman terserang penyakit mata, batuk, dan gangguan pernapasan.
Kasubag Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Agus Budianto, menjelaskan, debu vulkanik berbentuk runcing, sehingga berbahaya bila masuk ke mata.
“Bentuk debunya runcing karena terbentuk secara langsung. Bila masuk mata lalu digosok-gosok bisa iritasi,” kata Agus.
Ia menyarankan warga atau wisatawan menggunakan kacamata pelindung bila berada di luar ruang. Cara lain, kata Agus, adalah dengan membungkus kepala dengan plastik bening untuk memperkecil kemungkinan debu vulkanik itu masuk. “Kalau masuk juga, mata jangan digosok-gosok. Basuh saja pakai air, agar debunya luruh,” katanya.
Lebih jauh, ia menjelaskan unsur debu vulkanik itu bukan hanya silica, tetapi juga besi, aluminium, serta berbagai macam gas, yaitu uap air, karbon dioksida, karbon monoksida, belerang dioksida, hidrogen, dan lain-lain. “Kalau ada kaca mobil kena debu Merapi, begitu dilap kacanya pasti tergores. Ini juga membahayakan mesin pesawat,” terang Agus.
(disadur dari berbagai sumber)
Langganan:
Postingan (Atom)